Pengalaman Pertama ke Kondangan

Percayalah, ini adalah kali pertama aku pergi ke kondangan. Yang menikah adalah teman sekelas saya dulu waktu masih sekolah di SMK. Dia adalah teman sekelas saya yang pertama menikah. Sesuai tebakan teman-teman dulu waktu masih sekolah. Saya gak kenal siapa yang dinikahi, tapi katanya tetangga satu desa.

Karena ini kali pertama, aku tidak tahu gimana caranya. Bahkan aku tidak tahu berapa jumlah uang yang harus aku masukkan ke amplop. Takutnya kurang atau terlalu banyak.

Bertepatan dengan suasana idul fitri yang masih segar, kami memutuskan untuk ke sana bersama seluruh anggota kelas, karena seharusnya kami kumpul bareng pas bulan puasa dengan buka bersama. Seperti yang diduga, buka bersama cuma wacana forever. Walau tidak semua bisa datang ke kondangan, kebersamaan tetap tersasa, karena rawon yang nikmat dengan pengantin cantik bersama suami barunya. Tak kusangka teman kami sudah mau memulai malam pertama.


Sebelum berangkat ke lokasi, aku ke rumah Ari, salah satu teman sekelas. Di sana aku ngobrol banyak tentang kucing, kuliah, dan hapenya yang mulai bermasalah. Tak lama CAT datang dan memberi informasi bahwa ia tak bisa hadir karena harus pergi ke Kediri.


Sebelum sampai ke lokasi, kami mampir di mushola. Bukan buat sholat duha, tapi buat memberi kesempatan cewek-cewek buat berdandan. Gak mau dong, ke kondangan dalam kondisi jelek.


 Yang diberi lingkaran merah itu adalah hapenya Ari. Hilang entah kemana setelah sebelumnya ia mengeluh baterainya mudah habis. Mungkin ia harus menggantinya dengan yang lebih layak.


Kamu pasti bertanya-tanya. Kok gayanya gitu? Itu karena kita sedang bumerang. Kita lagi melakukan goyang yang lagi trend di tiktok. Namanya goyang dua jari.



Setelah selesai, beberapa dari kami memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai karena lokasinya tak jauh. Aku ikut. Kami memutuskan untuk menaruh helm kami di salah satu rumah teman kami karena kami berniat untuk tidak membayar karcis masuk pantai. Kamu tahu, jika kamu tidak mengenakan helm, mereka akan mengira kamu adalah penduduk sekitar, sehingga kamu tidak perlu bayar masuk.

Sayangnya, rencana tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Kami dicegat sebelum masuk pantai. Kami disuruh bayar, dan kami kabur. Mungkin pantai kedua gratis. Ternyata tidak! Di sana sedang ada acara. Yah... 

Jadi laper. Kami makan bakso besar dan membicarakan teman-teman kami yang tidak ikut. Yang pasti, kami tidak membicarakan keburukan mereka. Jika memang begitu, aku tidak menulisnya di sini.

Salah satu teman kami meminta kami untuk mampir ke rumahnya dan akhirnya kami mampir. Di sana kami banyak membicarakan tuyul, Lucinta Luna, dan pekerjaan kami setelah lulus.

Comments

Popular Posts