Naik Kereta ke Surabaya Mampir ke Tunjungan Plaza




Aku kangen dengan rasanya naik kereta. Sudah lama aku nggak naik kereta. Jadi aku bikin buat naik kereta ke luar kota. Aku milih Surabaya karena aku punya teman di sana yang bisa diajak jalan-jalan.


Aku sudah merencanakan ini cukup lama. Sebelumnya aku merencanakan perjalanan ini ke malang. Tapi nggak ada teman yang bisa diajak jalan-jalan di sana karena teman saya yang di sana lagi sibuk persiapan UN. Akhirnya saya memutuskan buat ke Surabaya. Lagian saya sudah lama sekali nggak ke Surabaya. Terakhir saya ke Surabaya itu ketika saya masih belum disunat. Masih kecil pokoknya. Tititnya juga.


 


Ibuku menyuruhku buat pakai sandal bapak saya yang baru buat ke Surabaya. Sandal ini adalah sandal yang mahal katanya. Seratus ribu katanya. Padahal saya lebih suka dengan sandal murahan saya yang enak dipakai. Aku berangkat ke stasiun kereta api naik bus, karena di kotaku memang nggak ada stasiun kereta. Harus ke Tulungagung buat naik kereta. Btw saya tinggal di Trenggalek. Kota tercinta yang tidak dilewati kereta.


Setelah naik bus, aku harus naik grab dari terminal ke stasiun. Dan aku harus berjalan kaki ke tempat penjemputan ojek online, karena di Tulungagung, ojol nggak bisa menjemput kita di terminal. Itu yang aku percaya. Dan memang benar karena si ojol meminta saya buat jalan sedikit lebih jauh biar bisa menjemput. Cukup merepotkan sih. Tapi tidak apa-apa karena saya percaya ojek online itu lebih murah dari ojek pangkalan.


Nggak disponsorin, aku beli tiket di aplikasi KAI Access. Mudah banget. Bayarnya pakai linkaja. Beneran nggak disponsorin karena itu satu-satunya cara pesan tiket kereta api lokal. Kalo beli di loket cuma buat tiga jam sebelum keberangkatan. Itu yang aku baca di banner di stasiun.


Sebenernya memang mempermudah. Tapi aku jadi kasihan dengan orang yang nggak bisa pesan lewat aplikasi. Entah nggak punya hape atau alasan lain. Zaman sekarang kita emang harus hidup dengan teknologi kalau nggak mau rugi.


Di kereta cukup ramai ternyata. Aku berangkat hari Jumat. Saya sendirian. Lalu Wahyud dan Nopita mana? Sekarang Wahyud bekerja di Solo. Sementara Nopita kerja di Malaysia.


Ternyata kereta yang aku tumpangi ini juga melewati Malang. Jadi aku bisa melihat kampung warna dong. Nggak terlalu spesial sih. Karena dulu aku pernah tinggal di malang. Tapi itu malah mengingatkan saya pada kenangan saya ketika di Malang. Dulu aku selalu turun di stasiun Malang.



Di stasiun Singosari, ada petugas yang memberi makan kelinci. Sebuah pemandangan yang tidak biasa ya. Buat apa mereka pelihara kelinci di sana.


Hujan turut menghiasi perjalanan saya, menghiasi pemandangan yang sudah indah dengan kabut putih. Hujan juga ikut memberi saya rasa khawatir karena saya tidak membawa payung atau jas hujan.


Sesampainya di stasiun Wonokromo, stasiun di mana saya turun, gerimis juga ikut turun. Seperti yang saya bilang tadi, saya nggak bawa payung atau jas hujan. Karena gerimisnya tidak terlalu parah jadi saya jalan keluar buat nyari makan dan nyari ojol. Di dekat stasiun ada yang menawarkan ojek kepada saya. Saya menolak karena saya mengira itu ojek pangkalan. Dan saya sadar mereka adalah ojek online karena banyak dari mereka yang membawa hape yang dibungkus plastik waterproof. Hmm. Jadi nyesel tadi aku menolak. Malu dong kalo balik lagi. Ternyata di sini ojol bisa jemput kita di stasiun. Hmmm.


Aku nyari makan dulu. Dibantu google maps, aku jalan kaki buat nyari makan. Aku menemukan tempat makan yang sekiranya bagus buat dikunjungi. Jadi aku jalan ke sana. Dan ternyata tempatnya itu adalah warung pinggir jalan yang tidak terlihat menarik. Aku takut hujan akan mengontaminasi makananku nanti. Aku nyari tempat lain ah. Jalan kaki lagi. Karena sudah lelah, aku memutuskan buat langsung nyari ojol aja buat langsung ke penginapan.


Lampu merah berhasil bikin jalan yang sangat penuh dengan kendaraan roda empat dan dua jadi macet. Ditambah gerimis yang juga mulai ramai, aku jadi tambah gelisah. Haduh. Gerimis akhirnya berubah menjadi hujan. Akhirnya si ojol minta buat menepi dan berteduh di indomaret. Saya kira dia nggak bawa jas hujan. Hujan deras banget saat itu. Aku memanfaatkan keadaan ini buat beli sesuatu di Indomaret. Aku beli air mineral dan makanan. Makanan yang saya pilih adalah ayam goreng tepung dan nasi. Indomaret di sini juga jualan ayam goreng ternyata. Tidak seperti Indomaret di Trenggalek yang sedang ditutup sementara karena izinnya belum diperpanjang. Dan itu bikin saya bingung karena biasanya saya beli di sana.


Lama aku menunggu dan hujan belum juga reda. Sepertinya si hujan ini punya niat buat bikin banjir. Begitu pikiran saya. Akhirnya tukang ojek ini mengajak saya buat menerjang hujan karena dia punya jas hujan. Dan jas hujannya itu adalah jenis kelelawar, di mana punya dua lubang kepala. Satu buat si ojol, satu buat saya. Walau akhirnya saya tidak pasang ke kepala saya karena saya sudah terlanjur pakai helm. Tapi tidak apa-apa. Yang penting sampai ke penginapan dengan selamat.





Penginapan yang saya tinggali menurut saya cukup nyaman, walau ada kekurangan di sana sini. Tapi tidak boleh mengeluh karena saya memang memilih penginapan yang murah. Mungkin saya bisa dapat penginapan yang lebih bagus dengan harga yang sama di kota saya. Tapi ini Surabaya.


Saya langsung mandi setelah sampai. Kamar mandinya ada di luar. Nggak boleh mengeluh.


Saya janjian dengan teman saya buat jalan-jalan besok. Dan tempat yang dipilih adalah mall. Karena di mana lagi jalan-jalan di Surabaya? Kebun binatang yang terkenal itu?u? Nggak ah.


Bangun pagi langsung mandi. Nyari makan dulu. Ada tempat makan yang dekat menurut google maps. Bisa jalan kaki. Dan sepertinya enak. Jadi saya datang ke tempat itu. Tempatnya lumayan bagus.


Selesai makan teman saya bilang kalau kita akan ketemu di Tunjungan Plaza. Waktunya belum ditentukan. Ternyata tempatnya lumayan dekat. Sekitar 15 menit jalan kaki. Saya milih jalan kaki karena saat itu masih pagi. Saya langsung berangkat saja walau teman belum menentukan waktunya. Nanti saya jalan-jalan di sana dulu saja.


Saya memang datang terlalu pagi. Tempatnya saja belum dibuka. Saya jadi harus menunggu bersama orang-orang lain yang juga datang terlalu pagi.


Setelah buka, saya langsung ke Gramedia karena saya suka nyari-nyari buku. Tapi saya tidak tahu di mana Gramedia itu. Jadi saya cek di google maps. Dan ternyata di sini google maps bisa menunjukkan detail dalam mall juga. Ajaib juga ternyata.


Aku mondar-mandir di Gramedia sampai aku menemukan buku yang aku pilih. Yang pertama adalah buku dari Agatha Christie yang judulnya Pembunuhan di Malam Natal. Ini adalah buku Agatha Christie kedua yang saya beli. Sebelumnya saya pernah beli dan baca bukunya yang berjudul And Then There Were None.


Buku kedua yang saya pilih adalah buku dari Oscar Wilde yang judulnya The Picture of Dorian Gray. Sebenarnya sudah lama saya menginginkan buku ini. Saya pernah mencoba beli di tokopedia tapi ternyata yang jualan kehabisan stok. Jadi saya beruntung bisa beli di sini. Tapi yang saya dapat ini adalah yang bahasa Inggris. Tapi tidak apa-apa.


Setelah dapat bukunya, saya mencoba buat keliling mall. Dan ternyata luas sekali. Ya ampun. Kampungan sekali aku.














Temanku bilang nanti kita akan bertemu di food court. Saya datang ke sana, makan dan minum buat menunggu Pe. Pe itu nama teman saya. Saya makan ayam goreng yang diiris tipis dan kecil-kecil. Minumnya es teh tidak saya ingat namanya apa.


Sepertinya saya masih harus menunggu lebih lama karena temanku masih menunggu temannya yang lagi ketiduran. Jadi aku keliling lagi, lalu balik lagi buat minum teh. Kali ini aku ingat namanya. Thai tea.


Lama aku menunggu hingga akhirnya Pe datang dengan temannya yang tadi ketiduran. Kita makan, minum dan ngobrol di sana. Asyik pokoknya.


Kembali ke penginapan aku membaca buku yang tadi aku beli. Yaitu buku dari Oscar Wilde, The Picture of Dorian Gray. Saya hanya baca kata pengantarnya yang juga ditulis oleh Oscar Wilde. Cukup menarik.


Saya mencoba untuk tidur sebentar karena nanti malam saya mau bertemu dengan teman saya yang juga tinggal di Surabaya. Tapi saya tidak bisa tidur.


Temanku bilang dia bisa bertemu pukul 9 setelah dia selesai bekerja. Aku harus berangkat ke sana jam 9 juga. Saat itu hujan gerimis. Cukup aman buat naik ojek online. Jadi saya pesan dan berangkat ke tempat teman saya bekerja buat menemuinya. Saya ingin meminjami dia buku yang menjadi rekomendasi saya. Judulnya adalah lord of the flies atau bahasa Indonesianya penguasa lalat. Saya sudah lama punya buku ini. Sebenarnya belum saya selesaikan. Tapi saya suka dengan buku ini. Alasan saya suka dengan buku ini adalah buku ini luar biasa. Saya suka dengan endingnya yang mengejutkan. Ya. Saya belum selesai baca buku ini tapi saya sudah tahu endingnya. Buku ini sudah diadaptasi menjadi film dua kali. Dan saya sudah menonton filmnya. Itu bagus sekali. Endingnya itu loh. Alasan saya tidak menyelesaikan buku ini adalah karena saya sudah tahu endingnya yang sangat traumatis itu. Bikin ngeri pokoknya. Kamu pasti penasaran. Jadi bila ada kesempatan, kamu harus baca buku ini.


Perjalanan menuju tempat teman saya cukup menantang. Ojek online yang saya naiki adalah seorang bapak-bapak yang sudah mengenakan jas hujan berwarna pink. Pasti tadi hujan deras sekali. Aku tidak mendengarnya karena kamar yang aku tinggali ada di atas. Mungkin itu ada pengaruhnya.


Gerimis masih turun. Jadi hapeku aku bungkus pakai keresek bening dan kutaruh ke dalam tas. Yang bikin perjalanan ini menantang bukan cuma gerimis yang turun, macet juga jadi tantangan. Pak ojol bilang dia akan mengambil rute yang lebih jauh karena ada banjir. Dan ternyata rute yang dia pilih juga terendam banjir. Terpaksa kami menerjang banjir yang dalamnya cukup buat bikin macet. Sandal bapakku yang mahal itu jadi basah. Dan macetnya itu parah. Ada beberapa motor mogok karena banjir. Aku takut motor yang aku naiki ini ikut mogok.





Setelah rintangan itu akhirnya saya sampai di lokasi. Saya menelepon teman saya dan dia membukakan pintu. Saya disambut dengan suka cita. Dia adalah teman dekat saya ketika masih sekolah di SMK. Namanya mbak latipah. Saya masih sering berhubungan melalui WhatsApp, tapi ketika bertemu, itu menjadi pengalaman yang menyenangkan. Dia membuatkan teh hangat buat saya. Saya meminumnya, lalu aku dikenalkan dengan temannya di sana. Kita berfoto bersama, ngobrol sebentar dan aku harus kembali ke penginapan karena sudah malam. Sebelum itu aku memberikan dua buku buat dia. Lord of the flies dan the picture of Dorian Gray. Saya pinjami dua karena di rumah saya masih punya banyak buku yang saya beli tapi belum saya baca. Wkwk.


Tukang ojek online datang dan saya berangkat. Senangnya rute pulang tidak tergenang banjir. Macet juga tidak ada. Jadi jauh lebih cepat dari yang tadi.


Saya mandi dulu sebelum tidur karena memang belum mandi.


Paginya saya bersiap buat pulang. Saya mandi lalu bersiap-siap. Kemudian saya check out. Manggil ojol buat ke stasiun. Sebelum itu selfie dulu.




Di stasiun masih sepi. Saya makan dulu di CFC.




Aku naik kereta lagi. Kali ini lebih cepat karena lewat Kediri. Harganya juga lebih murah. Selisih 3 ribu. Lumayan. Saya senang naik kereta ini karena saya bisa melihat pemandangan yang baru yang sebelumnya belum pernah saya lihat.






Setelah sampai di Tulungagung, saya makan di dekat stasiun lalu ke Terminal buat naik bus. Perjalanan di dalam bus dihiasi dengan hujan. Dingin jadinya. Tapi tidak apa apa. Cukup menyenangkan bisa jalan-jalan sendiri di Surabaya.

Comments

Popular Posts