Waktu Kecil Dulu: Patung Monster
Ayah dan ibu Maliki adalah seorang pedagang di pasar. Pasar itu berada jauh di atas sana. Jadi mereka menyebutnya gunung. Seringkali Maliki diajak ke pasar. Perjalanan dilalui menggunakan mobil merah yang di dalamnya penuh dengan barang dagangan. Maliki duduk di pangkuan ibunya di samping saudari kembarnya.
Di tengah perjalanan ibunya menunjuk ke luar jendela mobil lalu berkata "Lihat itu! Itu adalah monster"
Mobil melaju terlalu cepat sehingga Maliki tidak dapat melihatnya. Ia begitu penasaran dengan yang disebut ibunya sebagai monster itu. Apa monster itu bisa memakan manusia. Apakah dia menakutkan sekali. Atau dia adalah jelmaan manusia siluman. Maliki tidak tahu apa-apa. Ia selalu bertanya pada ibunya. Namun ibunya hanya berkata "Besok kita akan berhenti di sana. Sehingga kamu bisa melihatnya"
Maliki sedikit takut. Ia mempertanyakan keselamatannya. Apakah monster itu bisa menggigitnya. Semua itu hanya bisa dijawab dengan keberanian. Keberanian untuk melihat langsung monster itu. Ia memberanikan diri untuk ikut dengan ibunya ke pasar.
Matahari begitu terasa panasnya. Sudah saatnya Maliki pulang. Semua dagangan sudah dimasukkan ke dalam mobil. Bapak memutar setir dengan penuh tenaga. Mobil berjalan dengan penuh getaran. Perjalanan di gunung naik turun. Tiba-tiba mobil menurunkan kecepatannya. Lalu berhenti di tempat yang kemarin. "Lihat! Itu monsternya" kata ibu.
Sebuah ukiran tanah liat menempel di dinding tanah membentuk sesosok wajah manusia yang sangat menyeramkan. Maliki sangat ketakutan. Ia berteriak meminta pulang. Ia takut sosok itu masuk dalam mimpi buruknya.
Comments
Post a Comment